Ngaku deh saya, akhir-akhir ini saya malaaas banget masak. Pagi, saat mata masih redup-redup rindu kasur, buat sarapan anak dan suami. Biasanya sih ringan. Mereka nggak mau nasi pagi-pagi. Perutnya melilit katanya. Pokoknya harus ada telor. Kata penelitian protein itu ngenyanginnya lebh awet dari pada karbohidrat (nasi goreng) dan karbo+lemak (nasi goreng juga, hehehe ga nemu contoh lain).

Siang saya masak yang 'rada berat'. Gulai, rendang, soto, dan sejenisnya itu jadwalnya siang. Jadi kalau saya nggak sempat untuk masak lain sorenya masih ada-lah makanan siang tadi. Tapi biasanya, karena saya masaknya sedikit, sengaja, sorenya saya masak lagi. Ini jadwalnya sup2-an dan sayuran lainnya. kadang2 malah makan pecel nggak pake nasi (tapi nambah dua kali :p).

Kenapa begitu repot? nggak sih... saya nggak repot :D
Temen saya aja yg bilang itu kayaknya repot. Saya senang makanan hangat, baru, belum menyerap minyak, dan belum lama terpapar udara. Persiapannya paling sepuluh menit. Total 15 menit-lah. Soalnya semua sudah siap di kulkas.
Begitu dari pasar, saya langsung membersihkan sayuran, bumbu2, ikan, dll. Sudah dibersihkan, masuk kontainer. Begitu mau masak tinggal nyemplung-nyemplung. Cooking is Fun for me.
Lah, terus kenapa jadi malas akhir-akhir ini?
Karena.... ya males :p bosan dan bingung mau masak apa. Jadilah itu gambar di atas sebagai korban kemalasan saya. Nyemplung wajan deh apa nemunya: wortel (ada yang iris serong buat persiapan sup, ada yang iris memanjang persiapan untuk salad) sawi (mau ijo, putih), jipang, kubis, ayam fillet, udang. Bumbunya? mmm...terinspirasi dari capcay sih, sayang kecap inggris sama minyak wijennya kosong. Jadi ya seadanya: Bawang putih merah, merica, jahe, saus tomat home made, kecap asin (buat netralisir bau udang). jadilah....dan anak2 beserta bapaknya pun bersiap makan! tiba-tiba Tante sebelah mengantar Milu Siram.... yah... tau gitu gue ga masak sekalian deh :p
((Asli, ini bukan catatan ilmiah. Just my experience))
Cuaca akhir-akhir ini susah ditebak. Sedang asik-asiknya main bola, eh, hujan.... baru setengah jalan pulang, sudah panas lagi. Syukurnya tubuh ini anti karat. Tapi tetap saja, cuaca jelek sering jadi kambing hitam pas kena serangan batuk, flu, diare.

Berhubung saya tipe emak yang rada paranoid sama obat, kotak P3K saya isinya sedikit sekali. Selain obat mag untuk ayah dan paracetamol untuk sakit kepala bunda, inhaler, untuk anak-anak cuma ada obat cacing sama paracetamol sirup. Obat cacingnya rutin 3 bulan sekali, paracetamolnya malah jarang sekali digunakan.

Yasmin dan Nizam sama-sama pernah kena flu, tapi biasanya giliran. Paling nggak tega pas hidungnya mampet :(  diam-diam Bunda mengolesi sarung bantalnya dengan minyak kayu putih, jadi waktu tidur sedikit terhirup, biar hidungnya lega. Soalnya anak-anak risih kalau pakai inhaler.
Kalau sudah dingin, biasanya cepet banget kena batuk. Sebelum beneran kena, punggung dan dadanya segera diolesi vicks. Kalau dinginnya sudah terlalu, kaus kaki dan topi adalah senjata berikutnya. katanya suhu tubuh itu keluar masuk lewat kepala dan kaki, jadi kalau mau tetap hangat, keduanya harus ditutup.

Kenapa nggak ke dokter?
Karena dokter juga nanti ngasinya antibiotik. Flu itu karena virus, jadi nggak perlu antibiotik, kecuali sistem imunnya terganggu. Untuk meningkatkan daya tahan, anak-anak 'cuma' perlu makan baik, istirahat cukup, hidup bersih (cuci tangan, ganti baju, ganti sprei, nggak gantian gelas&sendok dengan teman, dll). Kalau suhu tubuh di atas 38 derajat celcius, baru deh keluarin paracetamol... yang jarang sekali terjadi karena biasanya setelah diberi minum cukup panasnya turun, biidznillah.

Terus, kenapa dong ada gambar sup ayam?
Iya, itu sup ayam, tapi bunda kurang suka ayam, jadi sayurnya lebih dominan. Sejak bertahun-tahun lalu (maklum, udah setengah tua), cara paling mudah ngusir flu itu dengan sup ayam, dimakan anget2. Setelah itu tidur... itu saja. Saya percaya dengan sistem tubuh untuk melawan flu dengan sendirinya. Setelah ada suami dan anak-anak, mereka juga 'dipaksa' makan sup ayam saat musim hujan berangin datang. Kalau anak-anak suka dengan serbuan sayurannya, suami saya senang dengan sensasi jahe-mericanya. Bikin anget.
Alhamdulillah, so far, it works for my family :)
Yasmin (3 th) sedang terkekeh menikmati tarian Jungle Junction ketika adzan dzuhur berkumandang. seperti biasa, saya mengecilkan volumenya dan segera bangkit, mengekor ayah berwudhu. Tanpa saya duga, si kakak kali ini protes. "Kenapa dikeciliiiin?" dan ia segera memburu remote.
"Adzan Noooon, " ujar saya tak kalah seru.
"Kakak nggak shalat,"  BLUB!
"lho, nggak mau dipanggil Allah?"
"kan kemarin udaaaah," jawabnya masih ngotot, dengan mata tetap ke TV.
"kemarin makasi ke Allah karena Ami dikasi hidung, mata, rambut. Sekarang, Ami kan baru makan udang kesukaan Ami, makasi lagi dong,"
Berhasil. dia menoleh dari TV, meski dengan muka kecut.
"Nanti shalat lagi?"
"iya dong, kan Allah yang panggil, masa Ami nggak mau datang?"
"Ami mau minta hidung Ami jadi warna kuning!" katanya. Shalat Ashar kemarin dia minta rambutnya dijadikan biru.... toh dia sudah lupa.
Dia pun beranjak ke kamar mandi, berwudhu, lalu ke kamar yang biasa kami gunakan sebagai ruang shalat. Sambil teriak, "jangan ditukar ya jangel jangsiennyaa!"

Well, inilah proses harian. Ringan, karena emaknya juga ga pinter-pinter banget. Semoga bisa membekas, menjadikan Yasmin anak yang shalehah. Amiin..