Medium, Being Mrs.O’leary’s Cow.
Begitu menyalakan TV, serial itulah yang muncul di layar. Tapi saya tidak akan menceritakan perihal penerawangannya Allison dubois, melainkan cerita putri Allison, Bridget.
Suatu pagi, Bridget (usianya kira-kira 5 tahun) memasuki dapur untuk sarapan dengan memakai helm sepeda. Bridget bilang, dia tidur memakai helm itu dan tidurnya terasa nikmaaat sekali. Jadi dia akan sarapan dengan memakai helm itu juga. Dia juga akan ke sekolah memakai helm itu.
Joe, ayahnya, dengan kalem berkata, “tapi Bridget, biasanya kia tidak makan dan tidur dengan memakai helm. Apa sebaiknya kita membukanya?”

O,o. Bridget menolak. Joe hanya tersenyum mengalah.

Itu terjadi selama dua hari. Sampai pada hari ketika Bridget dan Ariel kakaknya harus foto untuk album tahunan sekolah. Bridget sudah memakai gaun cantik dan... helmnya! Joe mulai tidak tahan, berpikir anaknya terlalu eksentrik. Jadi dia harus bicara empat mata dengan putrinya. 
“Bridget. Kita harus bicara.”
“Apa ayah akan membatakan Natal?”
“Tidak. Natal masih lama, lagi pula tidak ada yang bisa membatalkan Natal.” Joe duduk mensejajarkan diri dengan wajah putrinya.

“Bridget, foto  ini akan kita kirim ke teman dan nenek, akan kita tempel di kulkas, dan akan kita lihat untuk waktu yang lama. Ayah rasa, pasti akan lebih baik jika mata dan rambutmu yang indah tidak tertutup helm itu…”
Bridget menatap ayahnya dengan curiga. Gadis kecil itu tahu ayahnya ingin memisahkannya dari helm merah favoritnya itu. 

“Kalau ayah mau membatalkan natal tahun ini, tidak apa-apa kok…”

Joe hanya menatap putrinya dengan tatapan setengah putus asa.

Lalu, Joe meminta bantuan istrinya agar menghentikan sikap eksentrik putri mereka.  Inilah jawaban Allison,
“Biarkan saja. Itu akan jadi foto yang sangat natural. Begitulah ia pada usia ini, dengan helmnya itu. Mereka masih anak-anak.”

Melihat suaminya masih resah, Allison menambahkan, “Ini akan berlalu. Seminggu yang lalu dia memakai sepatu baletnya bahkan saat mandi. Juga Pakaian dalam spongebob-nya, setiap malam harus kucuci karena dia mau memakainya kembali keesokan paginya. Sudahlah, dia tidak akan menikah dengan memakai helm itu. Percaya padaku.”

Dan ya, Bridget kita akhirnya memakai helm sepeda berwarna merah itu pada foto tahunannya (lihat foto di atas, lucu banget kan? :D).
Saat ia menyerahkan hasil jadi fotonya pada ayah dan ibunya, Bridget sudah tidak memakai helmnya lagi.
Tapi, dia memakai sepatu boots berwarna merah. Ayahnya bertanya, "apa rumah kita kebanjiran?"
Sambil berjalan dengan langkah berderap, Bridget berkata, "aku merasa nyaman, jadi aku akan memakainya selamanya."

 O,0... Kedua orang tuanya hanya bertukar pandang.

---------Saya berpikir, andai saya punya kesabaran untuk bernegosiasi seperti itu ^^--------



Bersama anak-anakmu, satu hari lainnya  telah lewat…
Saat kau berbaring di sisinya yang  terlelap pulas, kau hanya perlu menatapnya, dan hal-hal berat terasa lewat.

Tiba-tiba hatimu terasa merekah, ringan bak bersayap. 

Pelan-pelan kau tersenyum, bahkan diam-diam kau tertawa, saat kau ingat pertanyaannya yang tak habis, protesnya yang konyol, penolakannya yang gigih, dan segala caranya membuat duniamu berputar seperti jet coaster

Menegangkan, tapi tak membuatmu jera.

Lalu tenggorokanmu terasa tercekat, matamu menghangat dan basah,
menyesali ketika tanpa sengaja, tanpa sadar, tanpa pernah benar-benar kau inginkan, kau telah menghardiknya. 

Kau mengabaikannya. 

Kau memintanya berhenti sejenak mengusikmu.
Kau sempat merasa duniamu habis dan dunianya mengepungmu. 
Kau merasa dia begitu sulit… kau merasa, kau hampir menemui batasmu sebagai seorang ibu.

Lalu…

Allah menghangatkan hatimu. Saat kau ingat, bagaimana dia memelukmu, memanggil namamu, menatapmu dan tersenyum, berusaha membuat muka lucu, hanya agar kau kembali tertawa. Agar kerut di dahimu hilang, agar tatapanmu kembali bersahabat. 

Ia lebih dulu memaafkanmu, Ma, tanpa menunggu kau memintanya.

Dan begitulah, kau merasa pundakmu kembali menguat dan hatimu terasa lapang. Maka nikmat Rabb-mu yang mana lagi yang kau pungkiri....