Biasanya, pas menulis cerita, kebahagiaan si tokoh utama diberikan dekat-dekat ceritanya mau habis. Bab terakhir. Namanya aja happy ending.
Kalau bukunya masih tebal tapi sudah bahagia, yakin deh si tokoh utama masih harus mengalami tantangan sekali lagi. Atau dua kali lagi. Makin besar malah. Ujian utamanya belum keluar.

Hidup juga kayaknya begitu.
Kalau masih muda merasa hidupnya agak susah, wajar. Dimudahkan Allah dalam hal jodoh dan anak, diuji dari sisi rezeki; yang kerjaannya susahlah, jauhlah, gak naik-naik pangkatlah... gitu juga sebaliknya. 
Dimudahkan Allah ke mana-mana, diuji dengan orang-orang sekitar yang kelakuannya nggak biasa. 
Yang rumahnya gede dan megah ternyata sepi karena isinya pada sibuk. Yang rumahnya rame dari nenek, ponakan, sepupu, anak ilang, dst, rumahnya enggak gede-gede dan kredit nggak ada bau-baunya selese. Doh.
Maunya kita sih pas-pas aja. Pas keluarga kita gede, pas rumah kita juga gede. Pas anak-anak kita usia sekolah, pas juga tuh sekolah terbaik, murah, ada di dekat rumah.  
Bagus lagi kalau: rumah gede, furnitur minimal IKE*, apa-apa tinggal pencet dan gesek, daaan usia masih di bawah 40an :D

Anggaplah itu gambaran sukses hidup seseorang. Dan nggak ada salahnya untuk menginginkan kesuksesan. Laa hawla wa laa quwwata illa billah. Tapi kalau dalam prosesnya kita membenci masalah, selalu meributkan kesuksesan orang lain, menginginkan semua itu serta merta dalam satu langkah, mengomeli keadaan yang kayaknya gak berubah... Butuh sulap dong ya.

Katanya yang instan itu bahaya. Kalau mau cepat sukses tapi ngambilnya jalan pintas, sama saja seperti mempercepat kaset film dengan kekuatan penuh tapi habis itu kasetnya rusak. *Masih pada ingat kata ‘kaset’ gak sih? :D

Kapan matahari terlihat paling terang?
Setelah hujan yang pake badai.
Semoga tua kita juga begitu, tenang dan barokah. Meski kita berdoa semoga mudanya nggak pake badai-badai banget. Semoga kita selalu ingat bahwa dalam perjalanan menuju ke sana, Allah tidak mungkin membebankan melebihi kemampuan. Yang terasa berat dijalani, itu adalah niscaya. Dari buruh sampe CEO punya beban. Pasti lewat. Pasti ada masa untuk happy ending. Tetap usaha dan sabar menunggu happy ending. Jangan maksa minta segera, ntar epilognya juga segera lho :D 

Dan tetaplah jadi orang baik, karena biasanya yang dapat happy ending itu yang baik-baik.






0 komentar:

Posting Komentar