Ini bukanlah kali pertama, aku merasa kau sedang menatapku.
Kadang, entah bagaimana, kita bertukar pandang dalam diam:
di antara percakapan, berpapasan di jalan, atau suatu waktu di persimpangan,
kau melihatku, dan aku diam-diam berpaling.. Diam-diam menolak.

Di antara hening, di tengah keramaian... aku tahu kau mengikutiku.
Aku juga tahu, pada akhirnya kita akan bertemu. Kau, aku, tanpa jarak.
Hanya masalah waktu, bukan?
Kita bahkan tak perlu membahas tempat. Asal bukan di tempat sampah, kukatakan pada seseorang, berharap kau mendengar.

Aku melihatmu, dan mengingat berapa lama waktu yang sudah kuhabiskan,
dan menebak-nebak berapa sisa yang bisa kumiliki.
Lalu pada suatu titik, kau melihatnya di mataku:
aku terlalu mencintai semua ini; terlalu berat meninggalkan apa yang memang seharusnya kulepaskan.

Kapan kau akan belajar untuk siap?
tanyamu, tidak bosan pada kosa kata yang sama.

Kau sungguh-sungguh mau tahu?
Kurasa aku tidak akan pernah siap.
Kau benar, aku harus belajar, selama... berapa waktu yang aku punya?

Kau menggeleng, setia di tempatmu.
"Bahkan aku tak mengetahuinya," katamu. "Bisa kapan saja.
Kau, bersiaplah. Aku akan tetap menjemputmu. Karena aku hanya menjalankan titah."

Ya... pada suatu waktu, di masa yang telah ditulis, kau akan mengatarku pulang.



0 komentar:

Posting Komentar