Pada subuh itu, aku akhirnya mendengar sesuatu yang lebih baik dari segala musik, lebih bermakna dari segala lagu.
Pada adzan yang memecah keheningan, entah bagaimana membuatku berani. Ah, hari, terus datang satu per satu, tak bosan meski aku selalu menggerutu; mengisinya tak sepenuh hati. Subuh, membuka hari yang baru, menawarkan semangat yang baru. Adalah aku; mengambilnya atau tetap menutup mata.
Pada kokok ayam itu, aku ingat jauuh ke kampung halaman. Tempat masa kanak-kanakku tertanam. Bersama orang-orang yang sudah tiada. Aneh rasanya, bagaimana kenangan itu terasa begitu hidup; seolah aku masih mendengar keran yang mengalir di belakang, bagaimana aku membaui arang dari tungku dan kopi panas pertama hari itu. Semuanya lekat dalam benak. Aku bahkan mengingat bagaimana penyiar radio itu menyapa pendengar dengan suara serak bangun tidurnya. Dulu aku membencinya, sekarang, aku ingin mendengarnya kembali, bersama orang-orang yang sudah pergi.

Pada segaris jingga di balik bukit yang perlahan naik itu, aku seperti melihatnya bersamamu, Ayah. Aku seperti kembali pada tahun-tahun di mana yang kukhawatirkan hanyalah; dengan siapa aku akan bermain hari ini.

Pada bintang terang yang kemudian hilang, pada rumput yang terjejak oleh kaki, pada air yang mengalir, pada cicit burung yang keluar dari sarang... aku menjumput semangat hidup.
Terima kasih sibuh. Terima kasih untuk lembar-lembar kenangan yang terus melekat.

1 komentar:

obatherbalku24 mengatakan...

kereeen sekalii

Posting Komentar