Ada dua alasan kenapa saya menulis ini.
Pertama, karena udah lama nggak ngisi blog. Sudah sering buka template, tapi kemudian bengong. Semoga kali ini selesai dan beneran tayang, bukan cuma teronggok di kolom draft.
Kedua, mumpung lagi waras, menulis hal2 yang membuat saya waras. biar nanti pas nggak waras lagi, baca ini, dan mudah2an mampu waras kembali.

Tadi saya mau nulis apa ya...
(kembali setelah 7 menit)

Sudah bosan beum denger cerita para ibu tentang betapa jungkir baliknya berada di rumah 24 jam bersama satu anak dan satu balita yang seolah berada di jet coaster? Saya nggak akan mengurainya.
Saya tidak tahu bagaimana para ibu lain mengalami atau merasakannya, karena ketika para ibu berkumpul dan bertukar cerita, telinga saya biasanya jauh dari situ: mencoba menangkap suara anak-anak saya yg sedang bermain di luar. Mustahil untuk duduk tenang dalam sepuluh menit tanpa satu teriakan. Meski seringnya yang teriak ternyata bukan anak saya, hehehe.

Ada masa-masa ketika saya merasa ada sesuatu di kerongkongan. Membuat sulit menarik napas. Dan tiba2 saja mata saya basah. Tak bernai bertanya pada Allah Maha Baik, kira-kira jet coaster ini memiliki berapa putaran lagi?

Tapi kemudian, daripada merasa-rasai sesuatu di kerongkongan itu, saya mencari cara sebanyak mungkin untuk tetap waras. Ada dua artikel yg cukup berpengaruh untuk saya (terima kasih mommy2 yang sudah mengupload ide2 brilian!)--membaca artikel lebih mudah daripada mendengar teman bercerita, karena artikel tidak cemberut kalau saya terpaksa mengabaikan mereka sejenak demi cucian-jemuran-penggorengan-atau kecelakaan toilet.
Artikel pertama tentang self discipline. artikel kedua tentang mother priorities. Kalau di google, insyaAllah kedua topik tersebut banyak sumbernya, dan tinggal pilih mana yang sesuai dengan gaya kita masing2.

Saya sendiri, akhirnya menemukan cara untuk tetap waras. Ini dia:
1. Menjaga hubungan dengan Allah.
 Shalat wajib dengan buru2? Mengejar target 1 juz?
Bukan hubungan seperti itu yang cocok untuk saya. saya membutuhkan moment untuk berdiam dan berpikir tentang mengapa saya di sini; mencoba melihat hidup sebagai gambaran utuh, bukan potongan puzzle. Anak menangis dan cucian segunung itu adalah potongan puzzle. Gambaran besarnya pasti lebih baik. Saya cuma perlu berhenti untuk menyadarinya kembali. Dan seringnya, waktu itu saya temukan tepat setelah shlat. Jadi kalau shalat dengan terburu-buru, berarti saya kehilangan momen itu.
Saya tipe yang memilih membaca Al Quran di saat tenang, ketika anak membaca, mewarnai, atau bahkan bersedia mendengarkan. kemudian membaca terjemahan, baik lagi jika lebih dari itu. Kadang hanya tiga ayat. di saat lain, saya mengambil mushaf, membukanya secara acak, dan membaca ayat yang paling pertama ditangkap oleh mata saya. Kadang2 terasa benar2 ajaib :)
Mengingat Allah, memandang semua keberkahan dan ujian itu datang dari Allah, membuat saya tetap waras.


2.. Mengatur prioritas.
Seolah-olah ada banyak sekali yang harus dikerjakan; membersihkan kompor, melap kaca oven, menyusun ulang rak piring, menyapu kolong meja tv, memasukkan baju usang ke kardus, menggosok sudut lantai di toilet, memasang kancing baju kakak, mencari topi adik yang hilang, menyelesaikan hafal Al Buruj, shalat dhuha, menjenguk tante A atau Mbak B, membeli roti atau membuat roti, mengambil lidah buaya, menyiram cabe, menelepon fulan fulanah, ke bank, ke pasar, ke sekolah. Menemani kakak menggambar, memerhatikan adik membangun benteng, mengajari kakak melipat selimut, menemani adik ke toilet dengan benar.
Benar-benar menyenangkan kalau dilakukan satu per satu, bukannya menyerbu di saat bersamaan. Kadang, yang dibutuhkan hanya prioritas, mana yang lebih penting untuk dilaksanakan. Lihat, menulis dan membaca bahkan tidak saya masukkan ke sana :D ada beberapa hal yang akan menumpuk kalau tidak segera dikerjakan, ada hal yang bisa menunggu dan dilakukan kemudian dengan mengorbankan beberapa hal yg tidak penting.


3. Jaga kondisi tubuh
Saya punya masa2 buruk ketika tidur makan dan olahraga tidak menjadi perhatian besar. kemudian saya merenung, kalau bukan saya yg menjaga fisik ini, siapa lagi? kalau bukan skrg menjaganya, kapan lagi? Kalau tidak segera berbenah, apa yang sebenarnya saya tunggu?
Saya mulai memperbaiki makanan, menjadwalkan olahraga, tidur lebih teratur. berhenti keras kepala dan nggaya dengan pola hidup tidak sehat.
Hasilnya? Saya merasa waras sepanjang hari--sebagian besar :p

4. Miliki beberapa sahabat
Yaitu mereka yang tidak menuntut saya ada 24 jam, memaklumi ketika saya terpaksa menghilang, tidak membuat saya melihat dunia dengan negatif, dan kami bisa menerima satu sama lain tak peduli berapa gilanya kami kadang2 :D

5. Bercita-citalah!
Apa sih yang mau saya capai? kalau yang saya mau saja tidak jelas, wajar kalau lihat teman sukses, stres. lihat temen punya anak lucu dan pintar, stres dan mulai deh nilai2 anak sendiri. Lihat temen dapat beasiswa dan kerja di kantor keren, stres; bertanya2 apa memang mau jadi ibu rumahan selamanya. duh, gak ada habis-habisnya... -_-
Setiap orang punya target yang berbeda. Saya menetapkan target sendiri. Masa depan seperti apa yang saya inginkan? Karena saya tipe living in the moment, buat saya masa depan itu ya termausk hari ini. Hidup yang disyukuri dan dinikmati per kepingnya. Ada angin, wah semilir! ada hujan, wah cabenya tumbuh! ada panas, was jemuran kering! ada badai, wah kayak di pilem pilem... :p
Masa depan tidak mungkin baik jika hari itu, saya akan mengingat hari ini sebagai hari penuh keluhan. Miliki cita-cita, apa pun itu. genggam erat2, bekerjalah terang2an atau diam-diam. tapi teruslah berdoa dan percaya. saya yakin, yang hari ini menikmati pemberian Allah, tak mengabaikan keping-keping nikmatnya, insyaAllah akan didekatkan pada cita-citanya.

Kalau hari ini saya tidak bisa menulis untuk novel kedua karena sempitnya waktu, malas, dan beban otak (alessssaaan), saya tidak perlu menyalahkan anak-anak, waktu, dll. Akan ada masanya hal itu menjadi prioritas. Begitu juga dengan pertemanan. Jika skrg saya hanya punya dua sahabat yg nyaris saya telantarkan, saya tidak bisa bilang kalau saya sibuk. itu hanya alasan, jujurnya, saat ini mereka ada di prioritas di bawah urusan anak2. akan ada masanya bagi kami untuk duduk ngeteh dan ngobrolin film. Nanti.

nah, anak2 mulai menjerit, mumpung masih waras, sepertinya saya akan mengambil buku dari rak, membacakannya dan mengantar mereka tidur siang.
:) bersemangatlah membuka halaman hidup berikutnya!











3 komentar:

Ummu SaLaamah mengatakan...

MasyaAllah...., tulisannya benar-benar klop sama kondisi yg saya alami mbak. Memang, lebih indah bila kita menjalaninya saja dengan hati yg lapang serta terus bersyukur.
Jazakillahu khoyron ya mbak, insyaAllah menjadi penyemangat para emak-emak ^^

Bulan Nosarios mengatakan...

Terima kasih sudah mampir Umm, :) mari saling menyemangati! ^^

Yoekaa mengatakan...

Semoga kita semua kuat menjalani hidup yang terkadang jungkir balik gak karu-karuan ini

Posting Komentar