Rasanya ngilu, ketika mendengar seorang ibu menghakimi ibu lain dengan ringan. Ringan, mungkin tidak dimaksudkan. Ringan, mungkin karena terbiasa. Tapi, bagaimana bisa membiarkan dirimu berlidah tajam tanpa menimbang-nimbang perasaan orang lain? Rasanya memang ngilu, bukan?

Ketika anak nilainya rendah, "Hah, ibunya kan guruuu?"
Ketika anaknya sakit ketiga kali dalam sebulan ini, "Nggak diperhatiin sih makanannya...."
Ketika anaknya belum mandi jam empat sore, "Ibumu kemana? Kok jam segini masih jorok??"
Ketika anaknya bertambah, "Ampun deh, lagi??? Yang ada aja nggak keurus."
Ketika ibunya kembali bekerja, "tugas perempuan itu di rumah..."


Kita lupa:
Bahwa anaknya guru pun harus belajar sama seperti anak-anak lain; kadang bersemangat, kadang tidak; lebih hebat di matematika, atau bahasa.

Bahwa sakitnya anak adalah ujian paling berat bagi seorang ibu. Apa kau pikir seorang ibu sengaja membuat anaknya terbaring, bernafas satu demi satu...sementara tiap tarikan nafasnya terasa seperti duri yang dicabut dari dagingmu....

Bahwa si ibu tidak memandikan anaknya pukul 4 sore, agar anaknya bebas berkeringat dan berlumpur. Untuk apa memamerkan anak yang sudah mandi?? Kelihatan bagus di mata orang mungkin adalah sumber kebahagiaan sebagian ibu, tapi tidak semua ibu. Lagi pula, sejak kapan jam mandi itu harus seragam, bu?

Bahwa bagi sebagian orang, mendapatkan anak adalah berkah. Penugasan yang mulia. Semangat untuk mencari rejeki lebih. Semangat untuk menjadi contoh yang lebih baik. Dan, hey, by the way, mungkin salah satu anaknya akan menjadi dokter dan mengobati kita kelak. 

Bahwa ketika seorang perempuan bekerja keluar rumah... kita tidak tahu, mungkin ia memiliki ibu dan adik yang harus dinafkahi. Atau ia ingin memiliki sedekah tanpa membebani suaminya. 

Ngilu, bukan, rasanya?

Padahal, darimulah, duhai para ibu, seorang ibu berharap dimengerti. Karena, meski ujian kita tidak sama, tapi bukankah kau adalah satu-satunya peran, hai ibu, yang akan memahami apa yang dirasakan seorang ibu?

--Bahwa setiap ibu pasti mencoba melakukan yang terbaik untuk anak dan keluarganya---

But, somehow, ujian kita berbeda. Ia mungkin tersandung ketika diuji masalah keuangan. Kau, mungkin akan diuji tentang kesyukuran. Aku, sudah jelas diuji tentang kesabaran.

Tidakkah akan lebih indah, jika seorang ibu memberikan dukungan dan mengenyahkan prasangkanya terhadap ibu lain? Karena... sekali lagi, bukankah kau yang seharusnya paling memahami besarnya tanggung jawab sebagai ibu? Karena kita sama-sama ibu. Itulah kesamaan kita.






5 komentar:

Fardelyn Hacky mengatakan...

Pelajaran yang berharga sekali. Makasih kakaaaaak :)

Bulan Nosarios mengatakan...

u'r welcome!:) dapatnyanya pun dengan cara yang 'sakit' dari dukanya seorang temen.

Ety Abdoel mengatakan...

i find what i am lokking for on your blog Mba. I want read more nda more..thanks 4 sharing

Bulan Nosarios mengatakan...

Hai Mbak Ety, selamat datang :) Terima kasih juga sudha mampir dan baca2. Jangan kapok ya ;)

Bulan Nosarios mengatakan...

Thank you for visiting, Rina :) yup, betull...

Posting Komentar