Nizam Memilih Sayuran
Juli besok kedua anak saya akan mulai bersekolah. Si kakak masuk ke Taman Kanak-Kanak dan adiknya masuk Playgroup. Setelah selama ini disekolahkan di rumah--banyak mainnya jelas-- sekarang mereka terlihat sudah siap untuk menghadapi kelas, guru, dan teman-teman. Sebenarnya saya mau memasukkan mereka tahun lalu, tapi setelah di sekolah selama seminggu, Amy terlihat tidak juga nyaman dan masih belum antusias mengikuti kelas. Salah satu tanda yang paling kentara dia belum suka sekolah adalah, gurunya baru berdiri untuk membubarkan kelas, dia sudah berlari mengambil dan memakai sepatunya. Minta pulang!
Sekarang, pertanyaannya sehari-hari adalah kapan dia bisa memakai seragam TK-nya.

Mungkin ini belum saatnya untuk lega. Tapi lumayan lega...karena saya menganggap fase krusial Amy sudah sebagian besar terlewati. Saya bersyukur sudah melakukan seoptimal mungkin selama 3 tahun awal usianya yang merupakan golden age bagi proses tumbuh kembang. Tak sempurna memang, bahkan ketika menjalaninya saya sempat merasa goyah. Tapi sekarang semua tantangan soal nutrisi tepat dan stimulasi optimal itu menjadi catatan yang berharga, salah satunya untuk memantau tumbuh kembang Nizam, si adik.

TAHUN PERTAMA....

Sejak mereka bayi, dalam mengontrol tumbuh kembangnya saya hanya berpegang pada: KMS, catatan dokter anak, ahli gizi, dan rekaman tahapan tumbuh kembangnya. Saya tidak membanding-bandingkannya dengan anak lain. Karena saya tahu, setiap anak akan mencapai tahapan tumbuh kembangnya dengan cara dan waktu yang berbeda. Yang harus saya lakukan hanyalah memberinya nutrisi yang tepat, memeriksakan kesehatannya dengan teratur, and love them just the way they are.

Tentang ASI Eksklusif

Saya pikir sudah berhasil memberikan putri saya ASI ekslusif selama 6 bulan pertama. Sebagai sumber gizi terbaik untuk bayi, ya, dia memang mendapatkannya. Tapi soal kualitas ASI, saya hanya berharap ia mendapatkan nutrisi terbaik dari ASI yang saya berikan, karena.... sekali dua kali saya kecelakaan juga makan sembarangan--dan ini pasti berpengaruh pada kualitas ASI saya-- Tapi itu tidak membuat saya merasa bersalah berkepanjangan dan putus asa memberikan anak saya ASI. Pasal satu dalam memberika ASI eksklusif adalah komitmen. Pasal kedua, nutrisi yang baik bagi ibu sejak hamil. Kalau kata ibu saya, malah sejak jauuh sebelumnya harus sudah membiasakan diri mengkonsumsi makanan sehat.

Memantau Developmental Milestone Chart
Setelah disarankan Pediatrik langganan kami, saya menggunakan developmental milestone chart seperti yang di bawah ini, untuk memantau tumbuh kembang kedua anak saya. Pas anak pertama, saya hampir setiap hari membacanya dan mencentangnya, hingga nyaris hafal luar kepala--akhirnya memang hafal. Tapi di anak kedua sudah lebih tenang, bagi saya yang pentig momennya.
Dengan chart ini, saya bisa tahu tahapan yang harus dilaluinya, sehingga saya tidak perlu merasa risau ketika melihat tumbuh kembang anak lain. Maklum, ibu baru, suka galau kalau lihat anak lain lebih sehat :) Misalnya saja, ketika usia setahun Amy masih melangkah pendek-pendek sementara temannya sudah berjalan lancar, saya kembali mengacu pada chart ini. Kata pakar, tidak terlalu penting usia berapa dia bisa berjalan lancar. Yang penting adalah ia melalui tahapan seperti berpijak dengan pegangan, berpijak dengan pegangan satu tangan, berpijak tanpa pegangan, dan seterusnya. Kalau dalam pemantauan itu ada tahap yang terlewati, saya akan konsultasikan pada pediatrik pada kunjungan bulanan kami.


Children Developmental Milestone Chart diambil dari sini

Hal yang perlu diingat adalah, masa pencapaian tahapan tumbuh kembang ini dibuat cukup lebar karena setiap anak berbeda. Ada anak yang sudah bisa berjala di usia 9 bulan, dan ada juga anak yang bisa berjalan di usia 18 bulan. Keduanya sama normal. Yang saya lakukan sebagai ibu hanya memastikan ia mendapatkan stimulasi yang tepat--bukan paksaan dengan tatapan menyesal, "kenapa kamu belum jalan juga sih Naaak"--

Meski sering melototin chart ini, sambil menunggu-nunggu perkembangan selanjutnya, saya berusaha menikmati setiap momen yang kami lewati. Mungkin itu yang membuat tidak terasa waktu sudah berjalan hampir empat tahun.

MPASI
Nah, ini dia yang hingga tahun kedua usia Amy sedikit menguras otak Bundanya. Ada banyak sekali bubur instan dengan berbagai rasa di luar sana. Percayalah, saya saaangat tergoda untuk memakainya. Tapi, mungkin makanan bungkusan itu benar mengadung gizi dan sebagainya seperti yang disebutkan. Mungkin. Tapi saya tahu yang benar-benar mengandung gizi: bahan di dapur saya.


Sampai usia setahun, rasanya dia mudah-mudah saja membuka mulut untuk makan...

MEMASUKI TAHUN KEDUA....

(Masih) MPASI
Ya, sekarang usianya 15 bulan dan dia sudah bisa protes kalau makaannya itu-itu saja. Atau kalau rasa wortel buatan saya pahit. Ia juga bisa mengeluhkan sakit perut karena ketajaman rasa makanan tertentu. Di satu sisi, itu baik karena saya jadi tahu apa yang ia inginkan atau tidak cocok dengan lambungnya. Di sisi lain, itu benar-benar menantang kreatifitas saya untuk menghidangkan makanan yang tidak akan berakhir di tong sampah.
Berburu resep teryata tidak cukup. Seorang ibu harus punya nyali chef di restoran bintang lima, dengan prefeksionis lidah pelanggannya. Kalau dia menolak makanan yang satu, saya harus bersiap dengan makanan berikutnya. Bukan berarti memanjakannya, tapi prioritas saya saat itu adalah dia makan. Kalau tidak nasi, maka karbohidrat lain. Tidak sayur, ya buah. Tidak daging ya bakso. Menolak ayam, saya buatkan nugget.

Selain variasi menu, sangat penting untuk menemani ketika anak sedang makan. Saya tidak membiarkannya duduk di depan TV dengan piring yang teracak-acak. Tak ada masalah dengan makanan berantakannya, selama itu adalah proses ia menuju kemandirian, tapi TV? No waaay... Itu hanya akan mementahkan secantik apapun bento yang saya hidangkan untukya.

Seorang ibu juga harus rela belajar lebih di luar ilmu yang ia kuasai. Dalam hal ini saya butuh pendamping, karena itulah saya berkonsultasi dengan dokter anak dan ahli gizi. Penting bagi orang tua untuk mengkonsultasikan gizi si kecil kepada ahlinya. Misal, ketika saya khawatir Amy kekuragan gizi karena tubuhya lumayan kurus, saya membawaya ke dokter untuk memeriksakan zat besi (setelah ia berumur satu tahun) dan kemudian ke ahli gizi. Ternyata hasilnya ia baik-baik saja. Tapi memeriksa dengan rutin itu perlu, karena kadang kekurangan nutrisi yang tepat tidak terlihat begitu saja. Pernah suatu kali pula, saya membawanya ke ahli gizi yang sama dan mengkonsultasikan kondisi Amy yang cepat sekali lapar. Dari daftar menu sebulan kemarin yang saya bawa saat itu, ahli gizi bisa mengetahui kalau putri kami kekurangan lemak dalam menunya.

 
  




Piring pada gambar di sebelah disebut Healthy Plate. Anda bisa kunjungi website resmi Healthy Kids Plate untuk lebih banyak ide. Ini adalah cara sederhana untuk memastikan apa yang anak makan. Aturanya sederhana sekali:
Setengah dari piring adalah buah dan sayur. Seperempatnya adalah protein. Seperempatnya lagi adalah karbohidrat.

Ada beberapa nutrisi yang sering terabaikan dari menu anak-anak.  Pakar nutrisi Maryann T. Jacobsen menyebutkanya:
1. Zat besi
Selama beberapa tahun pertama, pertumbuhan terjadi dengan cepat dan tubuh akan bermasalah ketika tidak memiliki pasokan zat besi yang cukup. Salah satu fungsi utama zat besi adalah membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh. Defisiensi zat besi sering kali tidak terlihat gejalanya. Ia baru terlihat ketika sudah menjadi anemia. Anak menjadi mudah lelah, sariawan, imunitasnya turun, dan kognitifnya melemah.
Tips: Vitamin C akan membantu penyerapan zat besi higga 3 kali lipat. Jadi, tambahkan buah bervitamin C pada sereal anak, tomat pada burritosnya, atau kemangi pada sate kerangnya.

2. Vitamin E
Vitamin E berfungsi sebagai antioksidan. Vit E terdapat di biji-bijian, minyak sayur, kacang-kacangan, dan alpukat.
Tips: Ganti mayonise dengan alpukat.

3. Vitamin D
Meski namanya vitamin, para ilmuwan lebih menganggap ini sebagai hormon, berdasarkan fungsinya. Vitamin D diperlukan tubuh sebagai simpanan kalsium di dalam tulang. Kekurangan vitamin D bisa menyebabkan diabetes, penyakit pada cardiovascular, kerusakan imunitas, dan memicu pertumbuhan sel kanker. Kebanyakan orang tidak mendapatkan vitamin D dari makanan, melainkan dari sinar matahari. Sumber makanan untuk vitamin D adalah minyak ikan, minyak hati ikan, susu, dan beberapa jus jeruk yang sudah ditambahkan Vit D.
Tips: ASI adalah sumber vitamin D paling tinggi bagi bayi.

4. Kalsium
Asupan kalsium yang cukup ketika pembentukan tulang di masa anak-anak akan mencegah terjadinya osteoporosis di masa tuanya. Sumber untuk kalsium adalah susu dan semua produk olahannya, serta bayam, kedelai, okra, sardine, salmon.

5. Potassium
Jika kebanyakan sodium bisa membuat tekanan darah naik, maka potassium melakukan sebaliknya. Potassium berguna untuk kesehatan tulang dan mencegah batu ginjal. Kekurangan potassium biasanya disebabkan kurangnya mengkonsumsi sayuran dan buah, dan terlalu banyak mengkosumsi makanan kemasan dan berpengawet. Sumber untuk potassium adalah tomat, kedelai, kentang, prune, wortel.
Potassium Foods

6.Asam Lemak Esensial (atara lain ALA, DHA, Asam lemak Omega-3)
Rata-rata anak di bawah usia lima tahun kekurangan asam lemak esensial, karena kita tidak tahu lemak seharusnya yang bisa mereka konsumsi. Sumber-sumbernya antara lain adalah minyak sawit dan ikan laut tertentu.


7. Serat
Sebagai bagian dari karbohidrat yang tidak diserap pencernaan, serat berfungsi untuk mengatur gula darah, bermanfaat sebagai memperlancar pencernaan, da mengurangi resiko penyakit jantung dan pembuluh darah.

--Kunjungi Health Gov untuk list sumber nutrisi lebih lengkap.


Saya juga memasukkan daftar menu Amy minggu lalu sebagai contoh yang disarankan ahli gizinya.



Kadang-kadang, sumber makanan yang sehat belum tentu menjamin anak menerima nutrisi yang cukup. Masalahnya ada pada bagaimana mengolah makanan tersebut. Seperti sayur. Setiap sayur memiliki penanganan yang berbeda. Untuk aman, saya memilih mengukus sayuran hijau, atau menumisya sebentar dengan menggunakan minyak Canola. Ikan lebih sering dipanggang atau di Slow Cooking. Percaya deh, ternyata ada banyaaak sekali hal-hal seru yang patut dicoba setiap ibu sebelum menyerah karena anaknya tidak mau makan.



0 komentar:

Posting Komentar