Anak siapa yang nggak pernah tantrum, ayo ngacung? :) Whining, stomping, screaming, even slap-thing, sebut saja yang mana variasinya.
There are so many articles telling us about tantrum. Teori, tips, whatever, semuanya ada, tinggal Google.
Apa anak saya pernah mengamuk? whoaaa.... who doesn't? Bahkan anak sulung saya yang paling kalem saja pernah mengamuk sekali dua kali selama masa tumbuhnya. Dan anak saya yang kedua sedang dalam tahap itu, tantrum, as a unwanted of developmental milestone.

Ya benar, horibel-horibel begitu, tantrum itu bagian dari emosional dan sosial milestone. Jadi, jangan buru-buru merasa anak Anda tidak beres hanya karena dia teriak setiap kali Anda suruh tidur siang. Ray Levi, Ph.D, psikolog yang juga konsultan majalah Parents, mengatakan adalah wajar ketika anak melakukan penolakan atau bahkan mengamuk dengan cara yang sedikit mengerikan itu, karena mereka belum selesai memahami bagaimana cara yang tepat untuk mengungkapkan penolakan itu.
Orang udah gede aja masih ada yang suka ngotot :D
Michael Potegal, Ph.D, pediatrik dan neuropsikolog dari Universitas Minessota yang sudah melakukan penelitian terhadap tantrum selama bertahun-tahun mengatakan bahwa tanrum sebagai respon biologis terhadap amarah dan frustasi adalah normal, senormal orang menguap ketika penat.





Seperti yang saya bilang tadi, ada banyak tips untuk mengatasi anak tantrum. Tantangannya apakah kita bisa konsisten menerapkannya. Saya sendiri suka gigit geraham kalau menghadapi anak mengamuk. Lama-lama emaknya ikutan ngglesor di tanah kali ya... jangan sampe deh >,<

Beberapa kali menghadapi anak tantrum di depan umum, akhirnya saya tahu kalau sebaiknya mencegah daripada menghadapi. Putri sulung saya tidak pernah mengamuk di luar, beneran. Tapi luar biasa kalau dia mengamuk di dalam rumah. She has a kind of ear-bleeding-screaming!  With her, the only way for me to deal with is just wait.

Saya akan duduk atau berbaring (tergantung posisinya dia) dan membiarkan dia selesai teriak. Setelah mereda dan dia menunjukkan tanda-tanda dia capek dan butuh pelukan, saya memeluknya, begitu saja. Selesai? No. Ketika sudah tenang dalam pelukan saya biasanya minta dia untuk tidak mengulanginya. Saya minta si kakak untuk mengungkapkan apa maunya jika besok-besok dia meminta sesuatu. Tentu saja ini bukan cuma omongan. Kalau menawarkan kesempatan negosiasi ke anak berarti harus siap untuk kalah sewaktu-waktu. Misal, ketika dia tidak mau tidur siang, dan dia memilih untuk negosiasi... "Lima menit lagi, Bunda?" maka saya harus menghormati hasil kesepakatan itu. She follows my rule, so I should follow the result.


Kebiasaan untuk lobbying and negotiating itu kebawa sampai ke luar rumah. Dia boleh minta apa saja, tapi tidak mendapatkannya saat itu juga. Ada syarat dan ketentuan yang berlaku :) dia menurut, karena tahu ayah bundanya akan menepati janji. Jadi, kalau mau lobbying and negotiating ini berhasil, orang tua haruslah bisa dipercaya. Kalau nggak, anak akan cari jalan lain: ngamuk!

Saya kira saya sudah pakar dalam masalah tantrum ini. Ternyata, ketika anak kedua mencapai usia 1,5 (masa-masa awal tantrum) haishhh..... saya balik lagi ke titik nol! Dengan si adik, perlu usaha dan tenaga lebih untuk bernegosiasi. Dan seringnya gagal, karena dia belum memahami konsekuensi kalau dia melanggar perjanjian. Well, setiap anak berbeda, bukan?

Si adik bersikap penuh penentangan di waktu... hampir setiap saat. Jam tidur siang, ganti pakaian, jadwal mandi, jadwal makan, jadwal minum susu, ke toko (it's horrrrible!) bahkan di taman bermain. Karena temperamennya yang meledak-ledak ini, saya jadi harus waspada, jangan sampaaai deh dia tantrum di wilayah publik, bakal susah diamnya (juga berat malunya). Tapi, tidak bisa 100% dihindari. It happens.

 
Percayalah, setiap ibu pasti bisa membaca tanda-tanda apa yang menyebabkan anaknya mengamuk. Kadang, ibu suka mendadak blank dan merasa tidak tahu bagaimana anaknya bisa mengamuk karena sedang fokus pada hal lain: komentar orang yang melihat adegan itu.

Saya pernah mengalaminya. Maka saya mulai menyuruh diri untuk fokus pada si adik dan mencari tanda-tanda (juga mengingat-ingat) apa gerangan yang membuat dia mengamuk. Ini hal yang mebuat anak saya mengamuk:

1. Ketika berpergian dalam keadaan lapar.
2. Disuruh tidur ketika sedang asik main
3. Disuruh mandi dengan rapi dan tertib
4. Bosan tingkat tinggi sampai mencari sesuatu yang seru yang ternyata bahaya hingga dilarang emaknya
5. Mencari perhatian (saat emaknya keasikan menatap monitor atau ponsel atau ngobrol)
6. Kurang tidur atau terlalu lelah

Maka, saya melakukan hal-hal di bawah ini:
1. Tidak membawanya pergi di jam makan atau jam tidur. Kalau harus, maka bawa bekal. Terutama air minum.
2. Sebelum jam tidur, pastikan dia memiliki waktu untuk mendinginkan adrenalinnya (oke, ini istilah yang salah kayaknya, semacam itulah). Misal, jam tidurnya jam 2, maka sepuluh menit sebelum waktu habis saya sudah memberitahunya supaya dia bisa siap-siap.
3. Kalau dia mau mandi dengan gayanya, silakan, selama tidak bahaya.
4. Tidak membiarkan dia bosan. Berarti mengawasi jam kegiatannya agar bervariasi. Kalau bosan ketika bertamu, saya atau suami akan membawanya keluar sejenak untuk refresh.
5. Tidak melewatkan jam tidur. Memastikan dia tidak terlalu lelah.
6. Pay attention, pleaseee. Main dengannya lima belas menit, lalu dia akan merasa cukup dan bisa main sendiri selama setengah jam. Main di sini bukan main di luar tanpa pengawasan lho ya... :) instead mengawasinya 12 jam tapi disambi mengawasi lalulalang status facebook... (hm, sounds familiar)

Ada teman yang bertanya, kalau dia minta mainan terus ngamuk karena nggak dikasi, gimana?
Bagi saya, penyelesaian soal beli beli barang ini ada jauuh di belakang saat anak mengamuk. Ketika anak mengamuk yang dipicu beberapa hal di atas, semua tuntutannya akan keluar. Lihat saja, Anda akan mendapati permintaan-perminaat super ajaib keluar dari mulutnya di sela-sela tangisan. Bukan tidak mungkin dia minta Anda membawakan Jake and The Never Island Pirrates ke hadapannya! Tapi, bukan itu sebenarnya yang mereka minta. Anda pernah kan, merasa kesal dan tiba-tiba kekesalan yang sudah terlupakan tiba-tiba teringat lagi?



Kalau sejak di rumah--ketika mereka masih tenang--anak sudah diberi pemahaman (gradually of course) tentang apa dan kapan mereka boleh membeli mainan, Anda tidak akan gampang takluk dan menyerah. Mengabulkan semua permintaan anak ketika mereka mengamuk, akan mereka terima sebagai tanda bahwa itulah cara mengomunikasikan keinginan: teriak.

Jadi, tidak ya tidak.

Saya selalu bilang, "I love you, tapi mainan itu sudah ada di rumah/untuk usia yang lebih besar/bahannya berbahaya untukmu/etc..." jadi dia bisa faham bahwa menolak permintaannya bukan karena kita tidak mencintainya.





Saya masih terus memperpanjang catatan tentang perilaku anak-anak saya. Catatan ini cuma sekedar berbagi, sekedar isyarat kalau Anda tidak sendirian. Soal tips dan how exactly you supposed to deal with it, percayalah, Anda akan tahu, hanya perlu fokus pada kebutuhan anak.

Ya, fokus pada kebutuhan dan perasaan anak.


Kalau sudah terlanjur terjadi... dia nggelesor dan meraung-raung di tempat umum, teriak, melempar, atau mojok sendirian, jangan salahkan anak Anda, Moms...
Saya biasanya cukup percaya diri untuk mengangkat wajah dan minta maaf pada orang di dekat situ yang mungkin terganggu. Lagi pula, hanya ada dua kemungkinan: orang-orang tua yang ada di dekat situ pasti mengerti apa yang saya hadapi, dan anak-anak muda yang menatap saya dengan tatapan "I will never having kids!" oh you will, trust me, dan kalian saat itu akan memaklumi semua ayah ibu yang anaknya tantrum di depan umum --karena pada akhirnya anak kalian juga akan melewati milestone itu, like or not.
 
So far, pelukan selalu menjadi obat terbaik bagi anak-anak yang merasa lapar, lelah, bosan, apalagi kurang perhatian. Jadi, berhenti memelototi mereka dan raih mereka pelan-pelan, Moms! Gooood luck!



1 komentar:

Anonim mengatakan...

Melia wrote: Atau boleh jg dicoba tips 1 ini: saat anak terlanjur tantrum ditempat umum, did rayu, dibujuk, dipeluk tetap tdk mempan... maka menggelosorlah seperti dia menggelosor, menangislah seperti dia menangis, teriaklah seperti dis teriak maka dijamin anak akan lgsung diamond seketika krn dia akan mikir "ih jelek bgt sih ngamuk kayak gitu,buat malu tauuukkk". Tapi memang cara ini syaratnya berat bul...kudu tebal muka dan tebal telinga hihhihi..

Posting Komentar